STITNUALFARABI.AC.ID | Memasuki bulan Rabiul Akhir, STIT NU AL-FARABI Pangandaran baru menggelar Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Kegiatan ini diselenggarakan pada Kamis (19/10) di Aula STIT NU AL-FARABI Pangandaran dengan dikomandoi oleh UKM MATAN (Mahasiswa At-Toriqoh An-Nahdliyah), sebuah UKM yang baru saja dideklarasikan tahun ini.
Pada peringatan maulid tahun ini, segenap dosen dan petinggi kampus tampak hadir dan mengikuti acara dengan khidmat. Terlihat ada Ketua Yayasan Pembina Perguruan Tinggi (YPPT) Babakan Jamanis, KH. Udin Nawawi, S. Sy., Ketua STIT NU AL-FARABI Pangandaran, Dr. Dasep S Ubaidillah, M.Pd.I, M.Ag., Ph. D., Wakil Ketua II STIT NU AL-FARABI Pangandaran, Samsudin, S.Pd., MM. Selain tiga nama tersebut, masih ada beberapa tokoh-tokoh penting lain yang turut terlibat dalam kegiatan ini.
Ketua Panitia Peringatan Maulid Nabi, Rama Aditya mengungkapkan momen ini sebagai sebuah ajang untuk merekatkan tali persaudaraan. Baginya, seluruh mahasiswa STIT NU AL-FARABI yang kebanyakan juga merupakan kaum Nahdliyin harus tetap bersatu, meski sesekali berbeda dalam pendapat.
“Melalui peringatan maulid ini, mari kita pererat ukhuwah kita, sebagai muslim maupun sebagai mahasiswa.” Ujar Rama yang juga merupakan Menteri Keagamaan di Kepengurusan DEMA STIT NU AL-FARABI Pangandaran.
Inti dari peringatan maulid ini ialah mau’idzoh hasanah yang disampaikan oleh KH. Udin Nawawi selaku Pimpinan Pondok Pesantren Babakan Jamanis. Dalam pemaparannya, beliau berpesan kepada mahasiswa agar tetap istiqomah dalam menuntut ilmu, meski sesekali diterpa kepahitan. Kemudian beliau mengutip sebuah pepatah yang pernah dikatakan oleh Imam Syafi’i.
“Jika kalian tidak bisa menahan letihnya belajar, maka bersiaplah untuk menahan letihnya kebodohan.” Ujarnya ketika membuka paparannya.
Ketua YPPT Babakan Jamanis ini juga mengajak segenap mahasiswa dan civitas akademika untuk memperbanyak do’a meminta hujan. Hal ini tak lepas dari musim kemarau berkepanjangan yang membuat banyak sumber air hampir mencapai kekeringan. Tak cukup sampai disitu, beliau juga meminta segenap hadirin untuk merenung, mengapa do’a yang selama ini dipanjatkan acapkali tidak segera dikabulkan.
“Mengapa do’a kita terkadang lama dikabulkannya atau sama sekali tidak dikabulkan? barangkali karena matinya hati kita.” Lanjutnya.
KH. Udin Nawawi kemudian memberitahukan indikasi matinya hati seseorang. Ia mengutip penjelasan pada sebuah topik yang ada di Kitab Kifayatul Atqiya. Beliau menjelaskan ini agar segenap hadirin bisa berintropeksi diri dan menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya.
“Ciri matinya hati seseorang ialah tidak adanya penyesalan ketika meninggalkan ketaatan dan tidak pula bersedih ketika berbuat dosa.” Tutupnya.
_______________________________________
Penulis : Acep Ridwan Maulana